Monday, June 19, 2017

PENGEMBANGAN SEKAR GENDING

Dari bentuk-bentuk sekar gending yang telah disebutkan di atas, masing-masing mempunyai pengembangannya tersendiri, sehingga melahirkan istilah baru yang merupakan puncak daripada paduan sekar dang ending, yaitu Gending Karesmeni dan Sekar gending Wanda Anyar.

Gending KaresmenGending Karesmen menurut pendapat umum adalah paduan sekar dan gending yang dijalin pada salah satu cerita secara nonstop, yang wujudnya sebagai materi sendiri dalam pergelarannya.
RMA Kusumadinata menentang keras pendapat ini karena arti Gending Karesmen yang sebenarnya adalah Karesmian Gending yang artinya gending yang dikomposisikan k untuk dibawakan secara instrumentalia di mana unsur sekar tidak termasuk di dalamnya.
Seterusnya RMA Kusumadinata menyebutkan bahwa pendapatnya mengenai hal ini lebih tegas menyebut “Rinengga Sari atau Rinenggswara”. Hal ini pernah menjadi polemic dalam suatu surat kabar dengan MA Salmun, karena menurut MA Salmun istilah Gending Karesmen tetap saja harus dipertahankan sebab istilah ini telah kuat membaku dalam kehidupan seni pada masyarakat di Pasundan.

Mang Koko cenderung menyebut Drama Suara untuk istilah Gending Karesmen. Alasannya ialah selain kata drama suara itu lebih mudah dicerna dan diartikan, juga sejajar dengan istilah dalam tari yang dipergunakan yaitu Sendra Tari untuk bentuk seperti itu. Nano. S mencoba pula memberikan istilah untuk jenis pergelaran semacam ini yaitu Kagunan Reka Carita. Kagunan merupakan kebangkitan seni suara, baik sekar maupun gending. Reka dimaksudkan suatu formula ungkapan dalam mewujudkan ciptaan, carita atau cerita ialah suatu ungkapan yang disusun oleh materi bahasa.

Sekar Gending Wanda Anyar
Baik dalam bahasan sekar juga pada bahasan gending, sebenarnya secara tidak langsung perihal sekar gending wanda anyar ini banyak yang telah dibahas, tetapi ada beberapa bagian yang sangat perlu mendapat penekanan dalam hal sekar gending wanda anyar ini, yaitu:
(a.) Perpaduan Komposisi antara Sekar dan Gending
Dalam sekar gending wanda anyar, sekar dan gending sudah merupakan satu komposisi yang utuh. Baik sekar maupun iringan harus sesuai dengan hal-hal yang telah ditetapkan oleh komponisnya. Gending dan sekar diproses sama, kemudian menjadi utuh dalam satu jalinan komposisi. Perlu diketahui bahwa yang pertama-tama memberi warna pada olahan sekar gending wanda anyar selalu diawali dengan gendingnya.

(b.) Pangkat dan Pungkasan
Dalam sekar gending wanda Anyar, pangkat seperti dalam bentuk tradisi hampir tidak dipakai dalam penampilannya. Komposisi gending langsung mengawali dengan orientasi pada tema/judul yang akan diungkapkan. Biasanya komposisi gending itu berorientasi pada melodi lagu sekar/vokal atau mengambil jalur lain yang tetap berpijak pada sasran tema/judul yang menjadi sumbernya. Komposisinya tidak menghususkan permulaan lagu sekar saja, tetapi sering pula diolah di tengah, diantara bagian dari lagu/sekar sehingga saling mengisi jiwa dari endapan komposisinya. Terkadang terjasi pula dialog antara sekar dang ending yang saling mengisi atau bersama dengan melodi yang sama antara sekar dan gending.

Pada bagian akhir lagu (pungkasan), tidak selamanya bertahap pada tempo yang makin lambat untuk akhirnya tamat pada jatuhnya gong akhir, tetapi sering pula dibuatkan gending akhir sebagai penutup dari komposisinya.

(c.) Modulasi dan Transposisi
Baik modulasi maupun transposisi laras dalam sekar/vokal Sunda bukan merupakan hal yang baru dalam kehidupan karawitan Sunda (mugkin daerah yang lain pun demikian). Bahkan para pesinden trsadisional seolah “sudah menjadi permainan” yang spontan dilakukan dalam pagelarannya. Sebagai contoh bagaimana bagaimana lincahnya pesinden dalam membawakan lagu dalam berbagai laras untuk posisi tabuh yang sama, dengan iringan yang tetap. Tetapi dalam sekar geding wanda anyar, laras vokal betul-betul menjadi perhatian seksama untuk pengolahan gendingnya. Sebuah lagu berlaras madenda, sedangkan iringan dalam laras salendro, maka dalam hal ini dibutuhkan suatu kejelian, kecermatan dalam mengolah gendingnya, apabila kita tidak menggunakan gamelan berlaras madenda. Di satu pihak memang ada beberapa nada yang tumbuk, tetapi di pihak lain ada beberapa nada yang tidak tumbuk yang justru menjadi cirri-ciri khas dari laras sekar yang dibawakan. Di sinilah Sekar Gending Wanda Anyar mempunyai keistimewaan tersendiri, komposisi tabuh laras salendro, sedangkan sekar berlaras lain (madenda, degung). Fungsi rebab dalam menjalin lagu dan komposisinya sangat besar pengaruhnya. Terjadilag seakan-akan dialog laras dalam aransemen dan iringan.

Catatan:
Modulasi = perpindahan laras/surupan pada sebagian Lagu
Transposisi = perpindahan laras/ surupan secara keseluruhan.

(d.) Pindah Perangkat
Seandainya perpindahan gamelan itu terjadi antara salendro dan pelog, biasa disebut pindah perangkat. Pindah perangkat untuk Sekar Gending Wanda Anyar, baik dari pelog ke salendro atau sebaliknya, diolah dengan system tumbuk.
Jenis-jenis “tumbuk” pada gamelan, adalah:
(1) Tumbuk Barang, yaitu dua perangkat gamelan Salendro dan Pelog mumpanyai murdaswara Tugu/Barang yang sama.
(2) Tumbuk Lima, yaitu dua perangkat gamelan Salendro dan Pelog yang mempunyai murdaswara Loloran/Kenong yang sama.
(3) Tumbuk Dada, yaitu dua perangkat gamelan Salendro dan Pelog yang mempunyai murdaswara Panelu yang sama.
(4) Tumbuk Gulu, yaitu dua perangkat gamelan Salendro dan Pelog yang mempunyai murdaswara Galimer yang sama.
(5) Kanyut Mesem, yaitu murdaswara Loloran pada gamelan Pelog sama dengan murdaswara Tugu pada gamelan Salendro, atau Singgul Salendro sama dengan Sorog pada Pelog.

Perpindahan perangkat bisa terjadi pula antara gamelan salendro dengan gamelan degung, dengan mengingat nada yang tumbuknya. Olahan kreasi wanda anyar dalam Sekar Gending Sunda banyak yang menggunakan perpindahan perangkat ini.

No comments:

Post a Comment